(ARTIKEL) Kesehatan Mental -> Berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat, berdasarkan teori kesehatan mental

Sabtu, 17 Maret 2012

Kesehatan mental adalah istilah yang mencakup banyak aspek dari kemampuan kita dalam mengatasi stres dan menikmati hidup. Orang menggunakan istilah kesehatan mental untuk menggambarkan masalah-masalah depresi, pergolakan emosional, rasa sakit emosional atau diagnosis psikologis langsung seperti psikosis atau schizofrenia. Dalam diagnosis dari banyak masalah atau gangguan kesehatan mental, terapis mengevaluasi faktor psikososial kesehatan mental yang mempengaruhi penderita dan faktor juga sumber dari kesehatan mental.
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah suatu kondisi kesehatan mental yang terjadi pada setidaknya 10% dari korban tabrakan kendaraan bermotor yang telah menderita cedera fisik. Walaupun memiliki banyak faktor penentu, PTSD kausal terkait dengan nyeri kronis dan penyakit fisik. PTSD pasien memiliki kesehatan fisik secara obyektif buruk, kesan subjektif buruk kesehatan fisik mereka, dan menggunakan intervensi medis yang lebih umum daripada usia dan jenis kelamin rekan-rekan. PTSD memperburuk kondisi seperti sakit biasa seperti sakit kepala pasca-trauma, konsekuensi umum dari whiplash. Hubungan kausal antara PTSD dan nyeri meluas ke arah yang berlawanan juga. Kehadiran sakit kronis beberapa bulan setelah tabrakan kendaraan bermotor memprediksi adanya PTSD. Tingkat keparahan dari pengalaman rasa sakit pada awal perawatan psikologis untuk PTSD juga membatasi efektivitas dari pengobatan tersebut. Peran penyebab nyeri kronis pada eksaserbasi PTSD dapat dipahami sebagai pengingat trauma asli dan, jika salah satu sakit kronis dilihat sebagai mewakili hilangnya sumber daya (yaitu, kehilangan kesejahteraan fisik), nyeri terus seperti akan mempertahankan PTSD gejala lama setelah cedera awal.
Post-traumatic stress disorder adalah diagnosis yang diberikan kepada individu tertekan yang telah terkena beberapa peristiwa yang mengancam kehidupan atau kesejahteraan fisik. Berikut beberapa gejala yang dialami :

·         Foto atau mimpi dari peristiwa traumatis
·         Gejala hyperarousal fisiologis(misalnya konsentrasi defisit, gangguan tidur, lekas marah) 
·         Upaya untuk menghindari kegiatan, pikiran, atau emosi yang mengingatkan orang pada peristiwa traumatik.
·         Keadaan kepentingan menurun atau mati rasa emosional
Di tahun-tahun terakhir ini sudah kita ketahui bahwa sering kali terjadi kecelakaan dimana-dimana. Entah itu tabrakan antara mobil dengan mobil, motor dengan motor atau dengan keduanya. Terlebih, yang membuat kita miris terhadap peristiwa kecelakaan ini, para pejalan kaki pun bisa di renggut begitu saja nyawanya oleh pengendara motor atau mobil. Padahal jalan yang di lalui para pejalan kaki sudah tepat. Pada peristiwa ini, sudah pasti para korban (yang masih hidup) ataupun keluarga korban yang ditinggalkan akan mengalami suatu gangguan mental yang luar biasa yang mengakibatkan trauma, seperti misalnya korban tidak mau lagi melewati jalan dimana saat kecelakaan yang dialaminya terjadi, atau menaiki kendaraan yang sama ketika terjadi kecelakaan pada waktu lalu, dsb. Hal ini menimbulkan depresi yang besar atau bahkan bisa menjadi stres karena ketidaksiapan mereka ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka cintai. Hal ini tidak berlangsung sebentar. Semua ini sudah pasti mengganggu kesehatan mental, karena mungkin sebagian dari mereka menahan stres, kemarahan, atau bahkan bisa menimbulkan dendam. Butuh waktu untuk menghilangkan semua perasaan “kacau” pada semua korban. Terlebih, jika korban mengalami luka yang parah dan harus segera dibawa ke ruang gawat darurat. Keadaan ini tidak hanya mengganggu kesehatan mental. Jika terjadi secara berlarut-larut, akan berdampak juga pada kesehatan fisik mereka.
Mental dan fisik adalah dua komponen yang berbeda. Dari segi bahasa, mental sering disebut dengan jiwa (psikis) dan fisik biasa disebut tubuh (raga). Keduanya adalah komponen penyusun manusia, yang saling mempengaruhi. Seperti kata pepatah Yunani “dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa dan pikiran yang sehat”. Tetapi bagaimana jika salah satunya mengalami sakit, apakah berdampak pada yang lainnya?
Mungkin kita pernah mengalami sakit, atau pernah melihat orang yang sakit dalam waktu yang lama, maka akan berdampak pada kesehatan psikis. Kemungkinan karena kesehatan fisik yang terganggu bisa membuat seseorang stress berat, hingga mengalami depresi yang merupakan tanda-tanda gangguan jiwa. Gangguan fisik yang mempengaruhi keadaan mental disebut dengan gangguan psikosomatik. Gangguan fisik ini dapat mempengaruhi keadaan emosi seseorang. Seorang yang sakit gigi misalnya, dapat menjadi pendiam atau bahkan beringas jika ada sesuatu yang menggangunya.
Bagaimana dengan gangguan mental, apakah bisa mempengaruhi keadaan fisik? Kasus ini adalah kasus terbanyak yang dialami oleh orang sakit. Banyak orang yang mengeluh pusing, migraine, sakit kepala, bahkan lumpuh secara fisik tidak ada diagnosa penyakit yang dideritanya. Dalam dunia medis ini disebut gangguan somatoform. Somatoform adalah gangguan mental yang mempengaruhi fisik, tetapi pada dasarnya, fisiknya tidak mengalami gangguan apa-apa. Kepercayaan orang yang mengalami gangguan somatoform ini, menganggap bahwa dirinya mengidap sebuah penyakit yang kronis. Tentu saja untuk mengobatinya, bukan dengan mengobati fisiknya. Tetapi mengobati psikisnya yang merupakan gangguan terhadap fisik.
Ini menunjukkan bahwa kedua gangguan diatas, mental dan psikis sama-sama mempunyai pengaruh yang sangat besar. Jika salah satunya sakit, membuat yang lain mengalami disfungsi.
Sebuah gangguan mental mengacu pada salah satu dari banyak kondisi kesehatan mental yang berbeda. Kondisi ini ditandai oleh gangguan fungsi, kesedihan dan perilaku atipikal. Gangguan faktor psikologis kesehatan mental memainkan peranan penting. Faktor psikososial mencakup perkembangan psikologis maupun perilaku dan perkembangan sosial seseorang. Jadi sebenarnya, orang yang bersyukur dan selalu berusaha untuk merasa bahagia, adalah orang-orang yang lebih sehat secara fisik maupun mental.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

(ARTIKEL) Kesehatan Mental

Kesehatan mental diambil dari konsep hygiene, kata mental berasal dari bahasa yunani yang berarti kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti psikis atau jiwa. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan ganggan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor (penyebab terjadinya stres). Orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. (Noto Soedirjo, 1980) menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) keberadaan seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetik, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda.
Ciri-ciri kesehatan mental
Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan ke dalam enam kategori, yaitu:
1.    Memiliki sikap batin (attidude) yang positif terhadap dirinya sendiri
2.    Aktualisasi diri
3.    Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang ada
4.    Mampu berotonom tehadap dirinya sendiri (mandiri)
5.    Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada
6.    Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri (jahoda, 1980)
Pada abad 17 kondisi suatu pasien yang sakit hanya diidentifikasi dengan medis, namun pada perkembangannya abad 19 para ahli kedokteran menyadari bahwa adanya hubungan antara penyakit dengan kondisi manusia. Hubungan timbal balik ini menyebabkan manusia menderita gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan mental (somapsikotis) dan sebaliknya gangguan mental dapat menyebabkan penyakit fisik (psikomatik).
Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri.
Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual.
 Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan karena pada dasarnya hidup adalah proses penyesuaian diri terhadap seluruh aspek kehidupan, orang yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan gagal dalam menjalani kehidupannya. Manusia diciptakan untuk hidup bersama, bermasyarakat, saling membutuhkan satu sama lain dan selalu berinteraksi, hal ini sesuai dengan konsep sosiologi modern yaitu manusia sebagai makhluk Zoon Politicion.
Gangguan mental
            Gangguan metal dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, perilaku tersebut dapat berupa pikiran, perasaan maupun tindakan. Stres, depresi atau alkoholik tergolong sebagai gangguan mental karena adanya penyimpangan, hal ini dapat disimpulkan bahwa gangguan mental memiliki titik kunci yaitu menurunnya fungsi mental dan berpengaruhnya dalam ketidakwajaran.
Adapun gangguan mental yang dijelaskan oleh (A. Scott, 1961) meliputi beberapa hal :
1.    Salah dalam penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental perilakunya bertentangan dengan kelompok dimana dia ada.
2.    Ketidakbahagiaan secara subyektif
3.    Kegagalan beradaptasi dengan lingkungan
4.    Sebagian penderita gangguan mental menerima pengobatan psikiatris dirumah sakit, namun ada sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut.
Seseorang yang gagal dalam beradaptasi secara positif dengan lingkungannya dikatakan mengalami gangguan mental. Proses adaptif ini berbeda dengan penyesuaian sosial, karena adaptif lebih aktif dan didasarkan atas kemampuan pribadi sekaligus melihat konteks sosialnya. Atas dasar pengertian ini tentu tidak mudah untuk mengukur ada tidaknya gangguan mental pada seseorang, karena selain harus mengetahui potensi individunya juga harus melihat konteks sosialnya.                   
Tidak seorang pun yang tidak ingin menikmati ketenangan hidup, dan semua orang akan berusaha mencarinya, meskipun tidak semuanya dapat mencapai yang diinginkannya itu. Bermacam sebab dan rintangan yang mungkin terjadi sehingga banyak orang yang mengalami kegelisahan, kecemasan, dan ketidakpuasan.
Setiap orang, baik yang berpangkat tinggi atau tidak berpangkat bahkan seorang pesuruh, menemui kesukaran dalam berbagai bentuk. Hanya satu hal yang sama-sama dirasakan yaitu ketidaktenangan jiwa. Sesungguhnya ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin tidak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dsb. Akan ttapi lebih tergantung dari cara atau sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
Jadi, yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan dan kemampuannya dalam menyesuaikan diri. Kesehatan mental pula lah yang menentukan apakah orang akan mempunyai kegairahan hidup, atau akan pasif dan tidak bersemangat. Orang yang sehat mentalnya juga tidak akan lekas putus asa, pesimis atau apatis. Karena ia dapat menghadapi semua rintangan atau kegagalan hidupnya dengan tenang. Apabila kegagalan itu dapat dihadapi dengan tenang, dapat dianalisa, di cari sebab-sebab yang menimbulkannya, atau ditemukan faktor-faktor yang tidak pada tempatnya. Dengan demikian, semuanya dapat dijadikan sebagai pembelajaran dan menghindari supaya tidak terjadi lagi pada waktu yang lain.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien-pasien yang terganggu kesehatan mentalnya, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental yang terganggu dapat mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang. Pengaruh itu dapat dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu:
PERASAAN. Diantara gangguan perasaan yang disebabkan oleh kesehatan mental ialah rasa cemas, iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu dsb. Untuk lebih jelasnya, mari kita tinjau tiap-tiap persoalan dengan contohnya.

·         Rasa cemas
Perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui ada yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah tersebut. Banyak hal yang menyebabkan gelisah tetapi tidak pada tempatnya.
·         Iri hati
Sering kali orang merasa iri hati atas kebahagiaan orang lain. Perasaan ini bukan karena kebusukan hatinya seperti yang biasa disangka orang, akan tetapi karena ia sendiri yang tidak merasakan bahagia dalam hidupnya.
·         Rasa sedih
Rasa sedih yang tidak beralasan, atau terlalu banyak hal-hal yang menyedihkannya sehingga raut mukanya selalu membayangkan kesedihan, sekalipun ia orang yang mampu, berpangkat, dihormati dsb.
·         Rasa rendah diri
Perasaan ini sering terjadi dikalangan remaja. Hal ini disebabkan oleh banyaknya problem yang meraka hadapi dan tidak mendapat penyelesaian dan pengertian dari orang tua. Atau mungkin pengalaman masa lalu yang diterimanya pada waktu masih kecil.
·         Pemarah
Marah sebenarnya adalah ungkapan dari perasaan hati yang tidak enak, bisa berupa kekecewaan, ketidakpuasan, tidak tercapai yang diinginkannya. Akan tetapi, jika sering marah-marah tidak pada tempatnya atau tidak seimbang maka akan berpengaruh kepada kesehatan mentalnya.


Sumber :

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO