Terapi Humanistik Eksistensial

Sabtu, 30 Maret 2013


Psikologi Eksistensial atau sekarang berkembang dengan nama psikologi Humanistik atau psikologi holistic berawal dari kajian filsafat yang diawali dari Sorean Kierkigard tentang eksistensi manusia. Sebelum psikologi modern membuka dirinya pada pemikiran (school of thought) berbasis emosi dan spiritual yang transenden, psikologi terlebih dahulu dipengaruhi oleh ide-ide humanistik. Psikologi humanistik berpusat pada diri, holistik, terobsesi pada aktualisasi diri, serta mengajarkan optimisme mengenai kekuatan manusia untuk mengubah diri mereka sendiri dan masyarakat. Terdapat gerakkan eksistensialisme pada abad 19 yang dikemukakan oleh seorang filsuf bernama Søren Kierkegaard. Dalil utama dari eksistensialisme adalah keberadaan (existence) individual manusia yang dialami secara subjektif. Istilah eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara literal berarti bergerak atau tumbuh ke luar. Dengan istilah ini hendak dikatakan oleh para eksistensialis bahwa eksistensi manusia seharusnya dipahami bukan sebagai kumpulan substansi-substansi, mekanisme-mekanisme, atau pola-pola statis, melainkan sebagai “gerak” atau “menjadi”, sebagai sesuatu yang “mengada”.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang bersaha memahami kondisi manusia sebagaimana memanifestasikan dirinya di dalam situasi-situasi kongkret. Kondisi manusia yang dimaksud bukanlah hanya berupa ciri-ciri fisiknya (misalnya tubuh dan tempat tinggalnya), tetapi juga seluruh momen yang hadir pada saat itu (misalnya perasaan senangnya, kecemasannya, kegelapannya, dan lainnya). Manusia eksistensial lebih sekedar manusia alam (suatu organisme/alam, objek) seperti pandangan behaviorisme, akan tetapi manusia sebagai “subjek” serta manusia dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, yakni sebagai kesatuan individu dan dunianya. Manusia tidak dapat dipisahkan sebagai manusia individu yang hidup sendiri tetapi merupakan satu kesatuan dengan lingkungan dan habitatnya secara keseluruhan. Manusia (individu) tidak mempunyai eksistensi yang dipisahkan dari dunianya dan dunia tidak mungkin ada tanpa ada individu yang memaknakannya. Individu dan dunia saling menciptakan atau mengkonstitusikan (co-constitute). Dikatakan saling menciptakan (co-constitutionality), karena musia dengan dunianya memang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Tidak ada dunia tanpa ada individu, dan tidak ada individu tanpa ada dunia. Individu selalu kontekstual, oleh karena sebab itu tidak mungkin bisa memahami manusia tanpa memahami dunia tempat eksistensi manusia, melalui dunianyalah maka makna eksistensi tampak bagi dirinya dan orang lain. Sebaliknya individu memberi makna pada dunianya, tanpa diberi makna oleh individu maka dunia tidak ada sebagai dunia.
Psikologi eksistensial adalah ilmu pengetahuan empiris tentang eksistensi manusia yang menggunakan metode analisis fenomenologis. psikologi eksistensial bertentangan dengan pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-ilmu pengetahuan alam dalam psikologi.
Salah satu tokoh pendekatan teori Humanistik adalah Carl Rogers yang terkenal dengan metode terapi yang bernama “Client Centered/Person Centered Psychotherapy”. Teori Rogers yang dinamakan juga teori fenomenologis atau teori “Self”, memiliki pendekatan yang humanistis dan bertentangan dengan teori psikoanalisis Freud yang dianggap terlalu merendahkan harkat manusia. Freud menganggap manusia sangat dikuasai oleh insting seks. Alasan lainnya adalah bahwa Freud menegakkan suatu teori atas dasar penelitian terhadap kasus abnormal.
Terapi Humanistik merupakan suatu penekanan keunikan setiap individu serta memusatkan perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan perwujudan terhadap dirinya. Dalam terapi ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membuatnya memecahkan masalahnya sendiri.  Terapi humanistik eksistensial memusatkan pada pengalaman-pengalaman sadar, memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa sekarang “disini dan kini”, bukan pada masa lampau. Teori ini juga mempengaruhi tingkah laku dan perasaan-perasaan individu sekarang, dan kedua-duanya juga berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran diri pasien. Teori humanistik eksistensial sebenarnya tidak memilki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya seperti teori dari Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseling bahwa ia masih ada didunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.

Sumber           :

Prabowo, Hendro & Riyanti, Dwi B.P. (1998). Psikologi umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma
Ardani, T.A, (2010). Psikologi Abnormal. Bandung:LUBUK AGUNG

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Terapi Psikoanalisa

Sabtu, 23 Maret 2013


          Terapi Psikoanalisis adalah suatu terapi yang diciptakan dan dikembangkan oleh Sigmund Freud (6 Mei 1856- 23 September 1939), dan para pengikutnya sebagai studi fungsi dan perilaku manusia. Menurut teorinya, kepribadian manusia di interpretasikan sebagai suatu struktur yang terdiri dari 3 bagian penting, yaitu Id, Ego dan Superego. Dari ketiga bagian atau sistem tersebut mempunyai fungsi sebagai kelengkapan, prinsip-prinsip operasi, dinamisme dan mekanismenya masing-masing. Akan tetapi, antara ketiga sistem tersebut saling berhubungan dan berkaitan serta membentuk suatu totalitas. Satu hal yang penting dari teori ini adalahh bahwa tingkah laku manusia merupakan perwujudan produk interaksi (hubungan) antara Id, Ego dan Superego. Menurut Freud, esensi pribadi seseorang bukan terletak pada apa yang ia tampilkan secara sadar, melainkan apa yang tersembunyi dalam ketidaksadarannya.

Penerapan Psikoanalisa dalam Psikoterapi
            Penggunaan terapi pada Psikoanalisa dilakukan degnan cara membawa pasien untuk mau menghadapi masalah-masalahnya, bagaimana mengatasi masalah tersebut dan kemudian menjalani hidupnya dengan disertai kesadaran yang lebih besar atas motif-motif yang sesungguhnya ada pada dirinya (memperkuat ego).

Terapi Psikoanalisa ;

Asosiasi Bebas. Terapi ini menganggap bahwa satu ketertarikan suatu hubungan persekutuan pada beberapa masalah akan mengarah pada hal-hal lain yang terdapat jauh di alam tak sadar. Dengan menggunakan asosiasi bebas, pasien diperintahkan untuk santai. Oleh karena keadaan yang santai tersebut memungkinkan pasien memunculkan hal-hal yang ditekan/ditahan oleh pasien secara perlahan dan memungkinkan penggunaan energi psikis lebih banyak untuk tujuan penyesuaian. Sehingga dimungkinkan dalam kondisi ini dapat dipahami dengan jelaas konflik-konflik yagn bersifat tak sadar dan juga penyebab yang berasal dalam diri pasien.

Analisis Mimpi. Dalam analsis mimpi ini, mimpi dipandang sebagai jalan utama menuju kealam tek sadar. Karena mimpi juga diartikan sebagai pemuasan yang melambangkan dari keinginan-keinginan dan sebagian besar intinya mencerminkan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal. Dengan metode penafsiran mimpi yang disertai analisis/ makna-makna yang masih samar dari simbol-simbol mimpi dapat memperbesar pemahaman terhadap pasien atas penyebab dari gejala/ konflik yang bersifat mendorong (motivasional) yang dialami klien.

Analisis Transferensi. Transferensi merupakan cara kerja dari pertahan ego dimana impuls yang bersifat tak sadar dialihkan dari objek yang satu ke yang lainnya. Transferensi ini merefleksikan kebutuhan pasien akan objek cinta dengan maksud agar perasaan cinta atau benci yang ditekan/ ditahan oleh pasien dapat diungkapkan dan seseorang yang menerapinya sering dijadikan objek pengganti. Menurut Freud setelah pasien mengetahui arti sesungguhnya dari hubungan transferensi dengan terapisnya, pasien akan memperoleh pemahaman atas pengalaman dan perasaan masa lalunya, serta menghubungkan pengalam-pengalaman tersebut dengan kesulitan yang dialaminya sekarang.

Reedukasi. Suatu upaya mendorong pasien agar memperoleh pemahaman baru atas kehidupan yang dijalaninya dengan cara yang konkret dalam menyusun kembali perasaan dan tingkah lakunya.

Keefektifan dari terapi ini adalah bahwa dapat dipahami secara jelas konflik-konflik yang bersifat tak sadar dan berbagai penyebab dari dalam diri pasien, dapat membantu seorang penerapi untuk mendapatkan pemahaman atas cara-cara pasien dalam mengamati, merasakan dan bereaksi terhadap figur orang-orang yang berarti pada awal kehidupannya.

Kelebihan
·         Terapis bisa lebih mudah untuk mengetahui masalah-masalah yang ada pada klien karena prosesnya menggali masa lalu yang pernah dialami klien.
·         Memiliki dasar teori yang kuat
·         Membuat klien menyadari penyebab dari setiap masalah yang selama ini tidak disadarinya
Kekurangan
·         Memakan banyak biaya bagi klien
·         Membutuhkan waktu yang lama untuk terapi
·         Dapat menyebabkan kejenuhan pd klien jika waktu terapi terlalu lama

Sumber : Ardani, T.A, (2010). Psikologi Abnormal. Bandung:LUBUK AGUNG

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO