Behavior Therapy

Senin, 22 April 2013


Terapi tingkah laku adalah pendekatan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berlandaskan pada berbagai teori tentang belajar dalam usaha melakukan pengubahan tingkah laku. Dalam penyelesaian masalah, kondisi masalah harus dispesifikkan. Saat ini, bentuk pendekatan ini banyak di gunakan karena penekanannya pada perubahan tingkah laku dimana tingkah laku tersebut bisa didefinisikan secara operasional, diamati dan diukur.

1.      Pandangan Dasar
Sebelum kita mengulas tentang proses dan penerapan dari terapi ini, kita perlu tahu pandangan dasar dari terapi ini pada manusia itu sendiri. Dimana landasan pijakan terapi tingkah laku ini yaitu pendekatan behavioristik, pendekatan ini menganggap bahwa “Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari”. Ini merupakan anggapan dari behavioristik radikal. Namun behavioristik yang lain yaitu behavioristik kontemporer, yang merupakan perkembangan dari behavioristik radikal menganggap bahwa setiap individu sebenarnya memiliki potensi untuk memilih apa yang dipelajarinya. Ini bertentangan dengan prinsip behavioris yang radikal, yang menyingkirkan kemungkinan individu menentukan diri. Namun, meskipun begitu, kedua behaviorisme ini tetap berfokus pada inti dari behaviorisme itu sendiri yaitu bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja yang menentukan tingkah laku mereka.
Pendekatan tingkah laku memiliki ciri yang unik yang membedakannya dengan pendekatan yang lain, yaitu:
·         a)      Perhatian lebih berpusat pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
·         b)      Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment
·         c)       Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah
·         d)      Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi
Jadi pada dasarnya, tujuan terapi ini adalah memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.
Sedangkan teori dasar dari pendekatan ini yaitu teori Classical Conditioning (Pavlov) dan Operant Conditioning (Skinner).
·         Classical conditioning merupakan pengkondisian klasik yang melibatkan stimulus tak terkondisi (UCS) yang secara otomatis dapat membangkitkan respon berkondisi (CR), yang sama dengan respon tak berkondisi (UCR) bila diasosiasikan dengan stimulus tak berkondisi (UCS). Contohnya, jika kita memberikan makanan kucing (UCS) maka membangkitkan air liur kucing (UCR). Berikutnya, ketika setiap kita memberikan makanan pada kucing (UCS) sambil membunyikan bel (CS) maka kucing akan mengeluarkan air liur (UCR) karena diberi makanan. Jika hal tersebut dilakukan berulang kali, berikutnya saat kita membunyikan bel (CS) maka secara otomatis kucing akan mengeluarkan air liur (CR). Hal inilah yang dinamakan proses pembelajaran yang dikarenakan asosiasi.
·         Operant Conditioning merupakan pengondisian instrumental yang melibatkan ganjaran (reward atau punishment) kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul. Contohnya, jika kita ingin membuat seorang anak mengurangi kebiasaan bermain games dan meningkatkan intensitas belajarnya. Maka pertama kita harus membuat anak betah duduk di meja belajarnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan anak pujian (reinforcement) setiap dia duduk di kursi belajarnya. Bila intensitas waktu anak untuk duduk di kursi belajarnya dan belajar maka reinforcement di tingkatkan, mungkin dengan mengganti pujian dengan hadiah. Tindakan tersebut dilakukan hingga menjadi kebiasaan rutin anak.

2.      Proses Terapi

·         Tujuan terapi
            Tujuan umum yaitu menciptakan kondisi baru untuk belajar. Dengan asumsi bahwa pemeblajaran dapat memperbaiki masalah perilaku. Sedangkan terapi perilaku kontemporer menekankan peran aktif klien dalam menentukan tentang pengobatan mereka.
·         Fungsi dan peran terapis
Terapis behavior harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment yaitu dalam penerapan pengetahuan ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah para kliennya. Secara khasnya, terapis berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan mengarah pada tingkah laku yang baru. Fungsi penting lainnya adalah peran terapis sebagai model bagi klien. Bandura mengungkapkan bahwa salah satu proses fundamental yang memungkinkan klien bisa mempelajari tingkah laku baru adalah imitasi atau pencontohan sosial yang disajikan oleh terapis. Karena klien sering memandang terapis sebagai orang yang patut diteladani, klien sering kali meniru sikap-sikap, nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, dan tingkah laku terapis. Jadi, terapis harus menyadari peranan penting yang dimainkannya dalam proses identifikasi dari klien. Terapis yang tidak menyadari kekuatan yang dimilikinya dalam mempengaruhi dan membentuk cara berpikir dan bertindak kliennya, berarti terapis mengabaikan arti penting kepribadiannya sendiri dalam proses terapi.
·         Pengalaman klien dalam terapi
            Pengalaman klien dalam terapi sangat mempengaruhi keberhasilan terapi. Dimana bila klien tidak mau diajak bekerja sama atau aktif maka tipis kemungkinan keberhasilan dari terapi.
·         Hubungan antara terapi dan klien
Hubungan antara terapi dan klien memberi kontribusi yang signifikan bagi proses perubahan perilaku. Sehingga terapis dituntut memilki skill yang tinggi dalam membangun rapport pada klien.

3.      Penerapan Terapi : Teknik dan Prosedur

1)            Training Relaksasi, merupakan teknik untuk menanggulangi stress yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, yang mana seringnya dimanifestasikan dengan simtom psikosomatik, tekanan darah tinggi dan masalah jantung, migrain, asma dan insomnia. Tujuan metode ini sebagai relaksasi otot dan mental. Dalam teknik ini, klien diminta rileks dan mengambil posisi pasif dalam lingkungannya sambil mengerutkan dan merilekskan otot secara bergantian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menarik nafas yang dalam dan teratur sambil membanyangkan hal-hal yang menyenangkan.
2)            Desensitisasi Sistemik, merupakan teknik yang cocok untuk menangani fobia-fobia,
 tetapi juga dapat diterapkan pada penanganan situasi penghasil kecemasan seperti situasi interpersonal, ketakutan menghadapi ujian, ketakutan-ketakutan yang digeneralisasi, kecemasan-kecemasan neurotik serta impotensi dan frigiditas seksual. Teknik ini melibatkan relaksasi dimana klien dilatih untuk santai dan keadaan-keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang divisualisasi. Situasi-situasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam. Tingkatan stimulus-stimulus penghasil kecemasan dipasangkan secara berulang-ulang dengan stimulus-stimulus penghasil keadaan santai sampai kaitan antara stimulus-stimulus penghasil kecemasan dan respons kecemasan tersebut terhapus.
3)            Latihan Asertif, merupakan teknik terapi yang menggunakan prosedur-prosedur
 permainan peran dalam terapi. Latihan asertif ini akan membantu bagi orang-orang yang:
·       Tidak mampu mengungkapkan kemarahan/perasaan tersinggung
·       Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk
     mendahuluinya
·       Memiliki kesulitan untuk mengatakan ‘tidak’
·       Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya
·       Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri
Fokus terapi ini adalah mempraktekkan kecakapan-kecakapan bergaul yang diperoleh melalui permainan peran sehingga individu-individu diharapkan mampu mengatasi ketidakmemadaiannya dan belajar mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara terbuka disertai kenyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka itu.
4)            Pencontohan (modelling methods), melalui proses pembelajaran observasi, para klien dapat belajar untuk melakukan tindakan-tindakan yang diinginkan tanpa proses belajar trial-and-error. Teknik dapat dilakukan untuk memodifikasi perilaku. Contohnya, seseorang yang takut ular, maka ketakutannya dapat dihilangkan atau direduksi dengan melihat orang lain yang tidak takut menghadapi ular.
5)            - Self-Management Programs, Teknik ini mencoba menyatukan unsur kognitif dalam proses perubahan perilaku, dengan asumsi bahwa klienlah yang paling tau apa yang mereka butuhkan. Konselor yang mempertimbangkan apakah sesi terapi berjalan baik atau tidak, disini konselor merupakan mediator.
- Self-Directed Behavior, merupakan teknik dimana perubahan perilaku diarahkan pada diri klien itu sendiri. Klienlah harus merasa bahwa terapi ini penting untuk mengatasi masalahnya. Contohnya, dalam masalah obesitas. Hal yang dapat dilakukan yaitu misalnya meminta klien untuk menuliskan program perubahan dirinya dalam diari. Jam berapa dan berapa kali ia akan makan. Jika ia tidak berhasil, ia harus menuliskan perasaan dan sebab-sebab hal tersebut didalam diarinya. Atau jika program telah dijalankan, klien dapat memberikan hadiah untuk dirinya sendiri misalnya pergi shopping.

6)            Multimodal Terapi, didasarkan pada asumsi bahwa semakin banyak pengetahuan yang didapatkan klien selama terapi maka akan semakin sedikit kemungkinan klien akan mengalami masalah lamanya. Teknik ini menggunakan pendekatan BASIC ID (behavior, affective respons, sensations, images, cognitions, interpersonal relationships, dan drugs/biology).

Kritikan untuk terapi tingkah laku:
1.    Terapi tingkah laku tidak menangani penyebab-penyebab, tetapi lebih manangani ke
     gejala-gejala
2.    Terapi tingkah laku tidak diterapkan pada orang yang taraf berfungsinya relatif tinggi
3.    Terapi tingkah laku bisa diterapkan hanya pada kecemasan-kecemasan yang spesifik,
     fobia-fobia dan masalah-masalah yang terbatas
4.    Modifikasi tingkah laku tidak berfungsi
5.    Modifikasi tingkah laku bekerja “terlalu baik”
6.    Terapi tingkah laku bisa mengubah tingkah laku, tetapi tidak mengubah perasaan-
            perasaan
7.    Terapi tingkah laku mengabaikan pentingnya hubungan terapis klien dalam terapis
8.    Terapi tingkah laku tidak memberikan insight. Karena seringnya, terapi perilaku tidak
     fokus pada masa lalu klien sehingga seringnya terapis tidak membahasnya meskipun
     sebenarnya terapis mengetahui masalah tersebut.
9.    Terapi tingkah laku mengabaikan penyebab-penyebab historis dari tingkah laku
     sekarang

Referensi:
Corey, Gerald. 1991. Theory and Practice of Counseling and Psychotheray, 5th Ed. Brooks/Cole Publishing Company.
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Hough, Margareth. Counseling Skills and Theory. 1998. London : Holder & Stoughton.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Rational Emotive Therapy


Albert Ellis terkenal sebagai pemikir dan pencetus rasional emotif terapi, sebuah bentuk terapi yang populer dan banyak digunakan dalam proses konseling saat ini.
Albert Ellis dilahirkan pada tahun 1913 di Pittsburgh, Amerika Syarikat. Pada saat mencetuskan teorinya, dia mendapati bahwa teori psikoanalasis yang dipelopori oleh Freud tidak mendalam dan adalah satu bentuk pemulihan yang tidak saintifik. Pada awal tahun 1955, beliau telah menggabungkan terapi-terapi kemanusiaan, fisolofikal dan tingkah laku dan dikenali sebagai teori emosi-rasional (RET/ Rational Emotive Therapy). Semenjak itu beliau terkenal sebagai bapak kepada teori RET dan salah satu tokoh teori tingkah laku kognitif.
Pada masa kanak-kanak, Albert Ellis sering mengalami gangguan kesehatan. Bahkan dia pernah menjalani rawat inap untuk perawatan penyakit nefritis yang dideritanya sebanyak Sembilan kali. Albert Ellis adalah orang yang mempunyai cita-cita yang tinggi untuk menjadi pakar dalam ilmu psikologi. Pada tahun 1947 hingga 1953 Ellis telah menjalankan kajian secara klasikal berasaskan psikoterapi. Hasil kajian mendapati bahwa terapi psikoanalisis tidak begitu menyeluruh dan tidak saintifik.

Pendekatan Teori Rasional Emotif Terapi Albert Ellis
Sebuah pernyataan yang humanis dari Albert Ellis “Acceptance is not love. You love a person because he or she has lovable traits, but you accept everybody just be cause they’re alive and human” (penerimaan bukan cinta. Anda mencintai seseorang karena dia memiliki sifat yang menyenangkan, tapi anda menerima semua orang hanya karena mereka hidup dan manusia).
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian Albert Ellis, dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis. Ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaituAntecedent event (A), Belief (B), dan Emotional Consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional Consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang “diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan absolut.
Dalam menjelaskan teorinya tentang Rasional Emotif terapi, Albert Ellis mempunyai pendekatan sebagai berikut:
  • Teori RET mementingkan tiga aspek utama yaitu kognitif, emosi dan aspek tingkah laku. 
  • Memberi penekanan kepada pemikiran,penganalisaan, penilaian, perlakuan dan membuat keputusan. 
  • Pendekatan teori ini bercorak deduktif atau mengajar, mengarah dan mengutamakan kepada pemikiran daripada kepercayaan yang tidak rasional. 
  • Kepercayaan ini perlu dicabar dan diperbetulkan supaya dapat mewujudkan sistem kepercayaan yang baik dan rasional. 
  • Prinsip terapi RET boleh digunakan kepada masalah sekarang, masalah yang lain dalam kehidupan dan juga masalah yang mungkin dihadapi pada masa akan datang. 
  • Fokus prinsip ini adalah kepada pemikirandan tindakan, bukan hanya mengikuti perasaan. 
  • Terapi ini dianggap sebagai satu proses pembelajaran kerana fungsi konselor yang berbeda-beda. 
  • Teori Ellis ini berasaskan bahwa individu-individu mempunyai usaha untuk bertindak sama dan dalam bentuk rasional maupun tidak rasional.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Analisis Transaksional

Minggu, 21 April 2013

Analisis Transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis Transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri. Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenaldari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antar pribadi yang mendasar. Analisis Transaksional berakar dalam suatu filsafat anti deterministik yang memandang bahwa kehidupan manusia bukanlah suatu yang sudah ditentukan. Analisis Transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya. Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok.

Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri. Analisis Transaksional (AT) lebih menekankan pada aspek kognitif, rasional dan behavioral tentang kepribadian serta berorientasi pada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat keputusan-keputusan dan rencana baru bagi kehidupannya. Analisis Transaksional dipandang sebagai sesuatu yang positif, karena manusia secara filosofis dapat ditingkatkan, dikembangkan dan diubah secara langsung melalui prosesyang aman, menggairahkan dan bahkan menyenangkan. Secara keseluruhan dasar filosofis Analisis Transaksional bermula dari asumsi bahwa semuanya baik atau OK, artinya bahwa setiap perilaku individu mempunyai dasar menyenangkan dan mempunyai potensi serta keinginan untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Di dalam melakukan hubungan dengan orang lain, sangat perhatian dan mengayomi lawan bicaranya, mengundang individu lain untuk senang, cocok dan saling mengisi, yang didalam dasar teori dan praktek AT disebut I`m OK and you`re OK (Saya Oke dan AndaOke). Teori Analisis Transaksional mendasarkan pada
decisional model, artinya setiap individu mempelajari perilaku yang spesifik dan memutuskan rencana hidupnya dalam menghadapi hidup dan kehidupannya. Meskipun sewaktu masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang tuanya atau orang lain akan tetapi individu memutuskan sesuatunya secara khas.

Adapun konsep pokok dari analisis transaksional menurut Corey (2005) adalah:

1.      Pandangan tentang manusia. Analisis transaksional berakar pada filsafat yang anti determinasi serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemograman awal.
2.      Perwakilan perwakilan Ego. Analisis transaksional adalah suatu system terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah lakuatau perwakilan ego yang terpisah; orang tua, orang dewasa dan anak 
3.      Skenario skenario kehidupan dan posisi psikologi dasar. Adalah ajaran ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan putusan awal yang dibuat oleh kita sebagai anak dewasa. Kebutuhan manusia akan belaian. Pada dasarnya setiap manusia memerlukanbelaian dari orang lain, baik itu yang berlainan dalam bentuk fisik maupun emosional. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi, yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya danpesan apa yang dipertukarkan).

Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak. Dalam eksprerimen yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan menjelaskan bagaimana status ego anak, orang dewasa danorang tua, dalam interaksi satu sama lain, serta bagaimana gejala hubungan interpersonal ini muncul dalam berbagai bidang kehidupan seperti misalnya dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam sekolah, dan sebagainya. Dari eksperimen ini Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan traksaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis. Memahami konsep pokok AT tentang kepribadian manusia tersimpul dalam istilahyang digunakan dalam teori ini. Yaitu Ego State, Transaksional, Games, Stroke,Egogram, dan Skript.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Logotherapy

Sabtu, 13 April 2013


Logotherapy berasal dari dua kata yaitu logo berasal dari Yunani, logos yang berarti makna atau meaning dan juga rohani. Logos dalam bahasa Yunani selain berarti makna (meaning) juga berarti rohani (spirituality). Dengan demikian, secara umum logoterapi dapat digambarkan sebagai corak psikologi yang dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi kerohanian, disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan (termasuk dimensi sosial). Namun Frankl menyatakan bahwa spirituality atau kerohanian dalam logoterapi tidakn mengandung konotasi agama, bahkan menyatakan ajaran logoterapi bersifat sekuler.
Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai kesatuan raga-jiwa-rohani yang tak terpisahkan. Seorang psikoterapis tidak mungkin dapat memahami dan melakukan terapi secara baik, bila mengabaikan dimensi rohani yang justru merupakan salah satu sumber kekuatan dan kesehatan manusia. Selain itu logoterapi memusatkan perhatian pada kualitas-kualitas insani, seperti hasrat untuk hidup bermakna, hati nurani, kreatifitas, rasa humor dan memanfaatkan kualitas-kualitas itu dalam terapi dan pengembangan kesehatan mental.
Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna hidup seseorang merupakan motivator pertama orang tersebut. Oleh sebab itu keinginan untuk mencari makna hidup, yang sangat berbeda dengan pleasure principle (prinsip kesenangan atau lazim dikenal dengan keinginan untuk mencari kesenangan) yang merupakan dasar dari aliran psikoanalisis Freud dan juga berbeda dengan will to power (keinginan untuk mencari kekuasaan), dasar dari aliran psikologi adler yang memusatkan perhatian pada striving for superiority (perjuangan untuk mencari keunggulan).
Oleh karena itu, kenikmatan sekalipun tidak dapat memberi arti kepada hidup manusia. Orang yang dalam hidupnya terus menerus kenikmatan, akan gagal mendapatkannya karena ia memusatkan pada hal-hal tersebut. Orang itu akan mengeluh bahwa hidupnya tidak mempunyai arti yangg disebabkan oleh aktifitas-aktifitasnya yang tidak mengandung nilai-nilai yang luhur. Jadi yang penting bukanlah aktifitas yang dikerjakannya, melainkan bagaimana cara ia melakukan aktifitas tersebut, yaitu sejauh mana ia dapat menyatakan keunikan dirinya dalam aktifitas tersebut.

Logoterapi dirumuskan oleh Joseph B. Fabry, yaitu ;
1.      Hidup itu bermakna dalam kondisi apapun.
2.      Kita memiliki kehendak hidup bermakna dan menjadi bahagia hanya ketika kita merasa telah memenuhinya.
3.      Kita memiliki kebebasan dengan segala keterbatasan untuk memenuhi makna hidup kita.

Tujuan utama logoterapi
            Meraih hidup bermakna dan mampu mengatasi secara efektif berbagai kendala dan hambatan pribadi. Hal ini diperoleh dengan jalan menyadari dan memahami serta merealisasikan berbagai potensi dan sumber daya kerohanian yang dimiliki setiap orang yang sejauh ini mungkin terhambat dan tarabaikan.
            Selain itu logo terapi juga bertujuan menolong pasien untuk menemukan dan maksud dalam hidupnya dengan memperlihatkan bernilainya tanggung jawab dan tugas-tugas tertentu. Keyakinan bahwa orang mempunyai tugas yang harus diselesaikan, mempunyai nilai psikoterapeutik dan psikohigienik yang tinggi.
            Dalam hal ini, terapis harus menunjukkan kepada pasien bahwa setiap hidup manusia mempunyai tujuan yang unik yang dapat tercapai dengan suatu cara tertentu. Untuk mencapai tujuan, pasien harus menyelesaikan tugas-tugas tertentu dan bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya. Dalam rangka mencapai semua itu, pasien harus berpacu dengan waktu karena hidup manusia dibatasi oleh kamatian.
            Frankl menekankan bahwa kematian atau ketidakkekalan hidup tidak membuat hidup itu tidak bermakna. Ketidakkekalan hidup lebih terkait dengan sikap bertanggung jawab, karena segala sesuatunya tergantung dari kemempuan kita untuk mewujudkan kemungkinan-kemungkinan yang pada dasarnya bersifat tidak kekal.
            Logoterapi tidak menyikapi setiap penderitaan (termasuk kematian) secara pesimistis, tetapi secara aktif.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO